Jumat, 28 Mei 2010

Kemampuan Berbahasa Baku Siswa SMAN 2 Kota Serang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di samping sebagai bahasa negara dan bahasa resmi, Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan pembangunan nasional. Penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanan pembangunan negara, ditempuh dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
Hal tersebut terlihat dalam penulisan dan penerjemahanan buku-buku teks serta penyajian pelajaran atau perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat umum dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Dengan cara ini, masyarakat Indonesia tidak lagi sangat bergantung kepada bahasa-bahasa asing dalam usaha mengikuti perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahap ini, Bahasa Indonesia bertambah perannya sebagai bahasa ilmu, yaitu Bahasa Indonesai yang dipakai bangsa ini sebagai alat untuk mengantar dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat pendidikan
Selain itu, Bahasa Indonesa berfungsi juga sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai yang terendah seperti taman kanak-kanak sampai lembaga pendidikan tinggi, kecuali daerah-daerah yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.

Namun, akhir-akhir ini masyarakat Indonesia terutama para pemuda lebih senang menggunakan bahasa gaul dibanding dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka menggunakannya hampir dalam semua aktivitas yang mereka jalani, baik dalam situasi formal maupun situasi tidak formal. Bahkan karena terlalu sering menggunakan bahasa gaul, mereka lupa akan tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, kadang mereka merasa aneh bila harus menggunakan bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.

Hal tersebut dapat kita lihat secara jelas dalam sinetron-sinetron yang di tayangkan di televisi yang mencontohkan bahasa gaul di kalangan muda mudi. “Padahal seharusnya siapa saja yang berkomitmen dengan sumpah pemuda harus menjunjung tinggi penggunaan Bahasa Indonesia yang baku sebagai bahasa persatuan,” kata pengamat bahasa dan sastra Indonesia Jamal D Rahman di Yogyakarta. Menurutnya, generasi muda hendaknya mencontoh tokoh Muhammad Yamin. Dia adalah cermin anak muda yang memiliki keyakinan penuh kedudukan bahasa dalam kebudayaan, dan bahasa itu adalah Bahasa Indonesia.

Memang pada kenyataannya, kita semua tidak terlepas dari pergaulan yang memperkenalkan kita pada bahasa gaul. Seiring dengan berjalannya zaman, kita semakin terbawa arus globalisasi dan perkembangan bahasa gaul pun semakin pesat. Saat ini bahasa gaul sudah dianggap sangat lumrah.

Dulu sebelum maraknya teknologi email dan sms, orang lebih senang menulis yaitu dengan surat. Sebenarnya dengan surat orang dapat lebih menggali kreativitas untuk menulis. Namun sekarang dapat kita lihat, kantor pos-kantor pos terlihat sepi. Orang lebih senang dengan berkirim sms ataupun email yang tidak ada aturan untuk menulisnya.

Fenomena tersebut tidak berbeda dengan masyarakat kota Serang, khususnya kaum remajanya. Mereka pun tidak terlepas dari pergaulan yang memperkenalkan mereka pada bahasa gaul. Pengaruh bahasa gaul tersebut semakin meluas di kalangan remaja kota Serang karena mudahnya akses media massa, baik itu elektronik maupun cetak, mulai dari televisi sampai internet.

Kedua media elektronik terakhir, yaitu televisi dan internet adalah media yang sangat efektif dalam mempengaruhi bahasa remaja kota Serang. Hal itu disebabkan mereka cukup banyak menghabiskan waktunya untuk menggunakan kedua media tersebut. Sementara bahasa yang dipergunakan di dalam media tersebut lebih banyak memperlihatkan ragam gaul, dibandingkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan “ Fenomena Bahasa Gaul di Kalangan Remaja Kota Serang” dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1.2.1 Mengapa para remaja kota Serang menggunakan bahasa gaul?

1.2.2 Apakah dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar?

1.2.3 Bagaimana kemampuan bahasa gaul dalam menjalin komunikasi yang efektif di kalangan remaja kota Serang?

1.2.4 Bagaimana peran sekolah dalam membentuk generasi muda untuk melestarikan Bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, adapun tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mengtahui penyebab para remaja kota Serang menggunakan bahasa gaul?

1.3.2 Menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar?

1.3.3 Menganalisis kemampuan bahasa gaul dalam menjalin komunikasi yang efektif di kalangan remaja kota Serang?

1.3.4 Menganalisis peran sekolah dalam membentuk generasi muda untuk melestarikan Bahasa Indonesia?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap bidang ilmu bahasa Indonesia tentang adanya bahasa gaul yang digunakan kalangan remaja, khususnya remaja kota Serang.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dalam kaitannya menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahasa Prokem atau Bahasa Gaul

Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.

Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).

Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T dirubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

2.2 Sejarah Bahasa prokem atau Bahasa Gaul

Bahasa prokem merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam pergaulan anak-anak remaja. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu ia dikenal sebagai 'bahasanya para bajingan atau anak jalanan' disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.

Saat ini bahasa prokem telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakan dalam bentuk pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer.

Karena jamaknya, terkadang dapat disimpulkan bahasa prokem adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi terasa 'aneh' untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain menggunakan bahasa Indonesia formal.

Bahasa prokem senantiasa berkembang. Banyak sekali kata-kata yang menjadi kuno atau pun usang disebabkan kecenderungan dan perkembangan zaman. Bahkan kecenderungan perubahan menjadi kuno tersebut amat cepat, bisa hanya dalam hitungan minggu, bulan, atau tahun. Kata-kata baru senantiasa diciptakan untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.

2.3 Distribusi Geografis Bahasa Prokem atau Bahasa Gaul

Bahasa prokem umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa prokem bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat, perbendaharaan kata dalam bahasa prokemnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa Sunda. Di Jakarta, perbendaharaan katanya banyak mengandung bahasa Betawi.

2.4 Pemakaian resmi Bahasa Prokem atau Bahasa Gaul

Bahasa prokem bukanlah bahasa Indonesia resmi meskipun bahasa ini digunakan secara luas dalam percakapan verbal dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam penggunaan bahasa dalam situasi resmi atau formal, digunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.5 Pengucapan Bahasa Prokem atau Bahasa Gaul

Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun Belanda diterjemahkan pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis, dan 'Married' sebagai Merit.

2.6 Tatabahasa Bahasa Prokem atau Bahasa Gaul

Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya (bahasa Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa prokem utamanya dalam perbedaharaan kata.

Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing atau juga menggunakan bahasa prokem.
Contoh:

Bahasa Indonesia

Bahasa prokem (informal)

Aku, Saya

Gue

Kamu

Lo

Penatlah!

Capek deh!

Benarkah?

Emangnya bener?

Tidak

Enggak

Tidak Peduli

Emang gue pikirin!

2.7 Partikel yang sering dipakai dalam Bahasa Prokem atau Bahasa Gaul

Sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem yang membuatnya terasa lebih "hidup" dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku.

Partikel-partikel ini walaupun pendek-pendek namun memiliki arti yang jauh melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.

Struktur bahasa gaul Indonesia banyak diterbitkan dari bahasa Indonesia namun perbendaharaan katanya banyak bedanya. Kosa kata bahasa gaul Indonesia diperkaya oleh gabungan kata-kata terbitan atau pinjaman dari bahasa-bahasa asing seperti bahasa Hokkien, Inggris, dan Belanda, dan juga bahasa-bahasa etnik setempat seperti bahasa Betawi, Sunda, dan Jawa. Adakalanya, kata-kata baru dicipta begitu sahaja tanpa asal-usul tertentu.

Kebanyakan besar perbendaharaan kata bahasa gaul Indonesia dikembangkan dari bahasa Indonesia formal melalui beberapa cara, contohnya:

· Penyengauan kata kerja aktif, pemendekan atau pengguguran awalan asal dan membubuh -in' di akhir kata:

o memikirkan (pikir)mikirin

o menanyakannanyain (pengguguran "me-")

· Membubuh -in di akhir kata kerja transitif pasif:

o diajaridiajarin

o dipukulidipukulin

· membubuh ke- di awal kata kerja tidak transitif, menggantikan ter-:

o tertangkapketangkep

o terpeleset (tergelincir) – kepeleset

· Menggugurkan satu atau beberapa huruf dari kata:

o habisabis

o tahutau

· Menyingkatkan dua atau lebih perkataan menjadi satu:

o terima kasihmakasih

o jaga image (jaga maruah diri) – jaim

· Menggantikan a dengan e dalam sesetengah kata (pengaruh Jawa):

o benarbener

o pintarpinter

o malasmales

· Menyingkatkan diftong menjadi huruf ekasuku:

o kalaukalo

o pakaipaké

· Pembubuhan/pengguguran konsonan bisu dan hentian glotis pada awal atau akhir kata:

o pakaipaké atau pakék

o enggaknggak, ngga, gak, ga, kaga, ogah, wegah

· Menyingkat menjadi tiga huruf pertama sampil menyisip -ok- selepas huruf pertama (berakhir dengan konsonan terdekat jika huruf ketiga adalah vokal):

o bapakbokap

o jualjokul

o bérakBokér

Sesetengah perkataan dipinjam dan diubahsuai begitu sahaja dari bahasa Inggeris, contoh:

· sorrysori

· friendprén

· swearsuer

· brotherbruer atau bro

· sistersuez atau sis

Banyak juga perkataan yang direka tanpa mengikut panduan-panduan tadi langsung, kebanyakan ada asal-usul tersendiri. Contohnya:

· cuék - tidak peduli, meremeh-temehkan. Dipopularkan oelh penyanyu Indonesia, Ruth Sahanaya, dalam lagu hit 1980-an Astaga; mungkin sekali berasal dari perkataan Melayu cuai.

· do'i - teman lelaki/wanita. Berasal dari perkataan dia, diubah dengan memasukkan huruf 'o' di tengah dan menggugurkan huruf 'a'; kemudian diubah menjadi Doski.

· bokép - filem lucah. Berasal dari singkatan BF (Blue Film). BF disebut 'bé-éf', tapi dalam bahasa pasar disebut bé-ép. Perkataan bokep diperoleh dengan memasukkan sisipan -ok- di antara sebutan 'bé-ép'.

· jayus - basi, dangkal. Sepatutnya mencuit hati, tetapi tidak.

· jijay - jijik. Adakala disebut untuk meluahkan rasa amat jijik. Digunakan dalam ungkapan jijay bajay. Begitu juga dengan najis dan najis jaya (adakalanya diubah menjadi ji-ji (atau jijik) apabila menyapa kanak-kanak)

· ABG / abégé = anak baru gede - dewasa muda. Satu contoh singkatan ungkapan diubah menjadi kata baru.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Dalam hal ini data yang telah dikumpulkan digambarkan keadaanya kemudian diinterpretasikan dengan dideskripsikan dalam bentuk uraian.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk digunakan sebagai lokasi penelitian adalah kota Serang, khususnya kecamatan Serang. Hal ini dilakukan karena peneliti berdomisili di kota Serang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis datanya adalah data kualitatif, yaitu data yang mendeskrisikan masalah penelitian. Data yang dikumpulkan ini tidak menggunakan penghitungan pasti seperti dalam data kuantitatif.

Sementara itu, Sumber datanya adalah remaja yang berdomisili di kota Serang, khususnya para pelajar, baik putra maupun putri, SLTP dan SLTA.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti, informan, pedoman wawancara, catatan lapangan, foto, gambar, kamera, rekaman. Dsb..

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi partisipasif, wawancara, dan dokumentasi. Pada tahap awal, dilakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian, kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut secara sistematis. Dalam tahapan ini, peneliti berbaur dalam aktivitas keseharian para remaja tersebut mulai di sekolah sampai lingkungan rumah mereka. Tahap selanjutnya, dilakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara terhadap subjek penelitian dengan menggunakan panduan wawancara. Subjek penelitian ini dipilih secara acak tapi mewakili. Hasil tahapan ini dipergunakan untuk melengkapi data tahapan sebelumnya. Kemudian hasil wawancara ini dicatat secara sistematis. Dalam tahapan dokumentasi, peneliti melakukan pencatatan secara sistematis terhadap dua tahapan penelitian sebelumnya.

3.6 Analisis Data

Analisis data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang disampaikan oleh Miles dan Huberman. ” aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.

3.7 Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antarkategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan teks yang bersifat deskriptif.

Rabu, 26 Mei 2010

Sudahlah

akhirnya hari kurban pun usailah
putuslah sudah urat leher
biarkan rasa itu bertahta di puncak rasanya
tak berbekas